RETROCAUSALITY: MASA DEPAN MEMPENGARUHI MASA LALU, TERBALIK?

     
      Penyesalan mestilah datang dikemudian hari. Orang-orang yang menyesal membatin bagaimana caranya bisa kembali ke masa lalu? Jelas hanya untuk memperbaiki keadaan terpuruk yang sekarang dirasakan. Bahkan Tuhan pun berfirman “bahwa orang-orang merugi itu diakhirat kelak akan meminta untuk dikembalikan hidup di dunia. Mereka akan mengerjakan amal saleh”. Begitu pula dengan agama Buddha yang percaya bahwa reinkarnasi itu berlanjut dalam waktu di masa depan. Bayangkan seandainya manusia dapat kembali ke masa lalu. Pusaran reinkarnasi manusia terputus, penyesalan berlalu begitu saja. Tanpa ada Grenzsituation “situasi batas” sebagai pendewasaan manusia dalam istilah Karl Jaspers.
     Beberapa tahun belakangan para ilmuwan fisika kuantum mengajukan sebuah hukum Retrocausality idenya “everything you do changes the future... and the past”. Common sense kita hanya memahami hukum kausalitas – sebab-akibat. Ilmuwan mencontohkannya: bola biliar menggelinding menuju lubang, itu disebabkan bola putih yang disodok oleh empunya tongkat. Bola hitam tidak mungkin menggelinding tanpa bola putih dulu bergerak menghantamnya memberikan dorongan (gerak) menuju lubang. Retrocausality mengajukan kemungkinan yang lain. Bahwa bisa saja di dalam waktu, yang terjadi tidak seperti diatas meja biliar. Tapi seperti awan mendung dilangit yang bergerak kesana kemari terbawa oleh angin. Atau ternyata bola hitam keluar dari lubang lalu kembali menghantam bola putih. Sehingga sebab akibat dapat berjalan maju-mundur.
      Albert Einstein menyebut kejadian seperti ini “spooky” menyeramkan. Bagaimana tidak menyeramkan jika hukum itu terjadi dalam hidup kita. Diantara kita akan berkomentar “wah sakit perut saya sekarang ini. Gara-gara besok makan sambel pedas.” Dapatkah hal itu benar-benar terjadi dalam hidup. Anda mendapat uang tanpa bekerja, mendapat hadiah, atau sumbangan. Kalau toh iya. Lalu dimana letak sejarah? Kalau ternyata kejadian-kejadian sekarang berasal dari masa depan. Atau toh masih ada sejarah bagaimana kita membedakan apa yang datang dari  masa depan dan masa lalu? Konsep manusia tentang waktu akan berubah total. Tidak ada lagi pembagian masa lalu, masa sekarang, masa depan.
      Salah satu dari kawan kita yang senang menonton film fiksi ilmiah berkata “bisa saja itu dilakukan. Nanti manusia dimasa depan akan membuat mesin waktu. Gampangnya di film Doraemon juga sudah ada mesin waktu”. Semua film-film yang dijelaskannya sepakat manusia dapat melakukan time traveler. Bahkan film series berjudul “Istri dari Masa Depan” mengadopsi konsep time traveler. Di prolog perempuan cantik Tika Bravani berkata “aku Sore istrimu dari masa depan” lalu lihat kacaunya hari-hari Dion Wiyoko. Film ini disponsori produsen makanan bebas gula. Pesannya memang baik agar jauh dari penyakit gula. Tapi tidak usah repot-repot kembali ke masa lalu merusak hidup orang, biarkan hidup itu berjalan semestinya. “Buktinya Dion sadar bahwa yang dilakuin itu salah”. “Benar dia sadar tapi pertimbangannya adalah rahasia-rahasia hidup “misteri” yang membuat kehidupan itu bergejolak, hilang. Ibarat menonton film untuk kedua kalinya penonton dapat menerka ending film.
      Penikmat film pun tahu musuh terbesarnya adalah spoiler yang menjengkelkan terlalu banyak memberi bocoran film yang akan ditonton. Bukankah hidup itu penuh vitalitas, ketika masa depan masih menjadi misteri. Biarkan kesadaran itu hadir dari pengalaman masa lalu dan kejatuhan di masa sekarang. Anda orang-orang dari masa depan jangan mengganggu itu pun kalo kalian benar-benar ada”. Hampir terlupa manusia yang hidup sekarang bersamaku. Tidak usah kalian melompati waktu hanya demi melihat akhir kehidupan kalian. Kalau ternyata berhasil dimasa depan, sekarang mesti bermalas-malasan karena sudah tahu konpensasinya. Tapikan tidak mungkin berhasil tanpa usaha yang serius. Sungguh paradoks.
      Tetapi pembaca yang budiman tenang saja semua ini masih menjadi perdebatan ilmuwan fisika kuantum dan beberapa filsuf. Toh seandainya benar-benar terjadi, siap-siap saja perasaan atau mungkin kejiwaan kita goyah menerima konsep baru ini dengan segala konsekuensinya dalam ruang dan waktu. Orang-orang dimasa Copernicus telah merasakannya. Setelah sang ilmuwan memutar balikkan konsep “bumi adalah pusat tata surya” yang sudah mapan hingga ratusan tahun. Lalu menempatkan matahari sebagai pusat tata surya. Masa-masa “revolusi ilmu” kata Thomas Khun.
      Retrocausality mungkin bernasib sama dengan teori Steady State Theory yang digawangi Fred Hoyle, Sir Hermann Bondy dan Thomas Gold. Ketiganya bersepakat untuk menolak teory Bigbang dalam menjelaskan asal usul alam semesta. Dan ternyata dalam ilmu ada adu kuat melalui hasil eksperimen. Walaupun sempat menghebohkan Steady State Theory menyingkir dari panggung ilmu. Menyingkir ini jangan disamakan dengan orang yang pergi begitu saja tidak mau terlibat lagi. Tidak. Karena pada dasarnya teori menjelaskan sebagian realitas. Maka dibagian ranah tertentu ilmu terutama ilmu fisika Steady State Theory masih digunakan untuk mengukur potensial listrik pada daerah bebas muatan. Retrocausality bekerja hanya sebatas dasar dari fisika kuantum. Pondasinya adalah gerak partikel yang bergerak bebas, kemudian ilmuwan menduga bahwa hal ini dapat pula terjadi pada waktu. bisa jadi ini hanya obrolan para ilmuwan disana. Mereka akan selalu berhipotesis kalau tepat yah luar biasa, tapi kalo salah yang diulang lagi. Prinsip ilmuwan kan “boleh salah tapi tidak boleh bohong." |Zulkifli Safri|

Komentar

  1. terimakasih infonya, jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2PQ5HiL

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer